2023 Economic & Market Outlook : Risiko Resesi Ekonomi Meningkat ditengah Kenaikan Harga dan Agresifitas Sejumlah Bank Sentral
REVIEW : Ekonomi dan Pasar Modal Global 2022
>Pandemi COVID-19 relatif terkendali secara global, terutama di 2H-2022.
>Akselerasi pemulihan aktivitas ekonomi tidak dapat diimbangi oleh peningkatan supply.
>Perang Rusia-Ukraina memperparah supply chain disruption, terutama pada komoditas-komoditas energi.
>Lonjakan inflasi, terutama di AS dan Eropa salah satunya dipicu kenaikan harga komoditas energi.
>Pengetatan kebijakan moneter agresif oleh mayoritas bank sentral untuk meredam tekanan inflasi.
>Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran inflasi yang berdampak negatif pada pergerakan indeks pasar modal.
REVIEW : Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia 2022
>Pandemi COVID-19 relatif terkendali pasca gelombang kedua di awal 2022.
>Kenaikan nilai ekspor, ditengah tingginya harga komoditas berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
>Pemerintah dan Bank Indonesia masih mampu mempertahankan kebijakan moneter dan fiskal akomodatif, setidaknya hingga Q3-2022.
>Kenaikan harga BBM subsidi di September 2022 memicu kenaikan inflasi.
>Kenaikan inflasi dan capital outflow di Surat Berharga Negara (SBN) mendorong BI untuk mulai menaikkan sukubunga acuan di September 2022.
>Capital inflow cukup besar terjadi di pasar modal Indonesia menopang penguatan IHSG secara ytd.
---------------
OUTLOOK : Ekonomi dan Pasar Modal Global 2023
>Pemerataan vaksinasi COVID-19 akan menjadi kunci berakhirnya pandemi COVID-19.
>Belum ada titik terang penyelesaian perang Rusia-Ukraina.
>Krisis energi dan krisis pangan akan menjadi perhatian utama di 2023.
>Inflasi diperkirakan masih tinggi, terutama di 1Q-2023.
>Bank-bank sentral diperkirakan masih akan mempertahankan sukubunga acuan di level tinggi, setidaknya hingga terdapat sinyal kuat penurunan inflasi.
>Sejumlah negara diperkirakan memasuki resesi, sementara mayoritas negara di Asia diperkirakan masih bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di 2023.
OUTLOOK : Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia 2023
>Pemerintah RI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5.2% yoy di 2023.
>Postur anggaran membaik dibanding periode pandemi (2020-2022).
>Tekanan bagi BI terkait kebijakan moneter diperkirakan masih cukup besar di 2023, mulai dari kenaikan inflasi hingga pelemahan nilai tukar Rupiah.
>Sektor Perbankan Indonesia (SPI) diperkirakan masih mempertahankan tren kinerja positif di 2023 meski dibayangi potensi peningkatan restrukturisasi utang.
>Target IHSG untuk tahun 2023 di level 8205 (base).
>IDX Industrials Focus : Telecommunication; Telecommunication Tower; Media & Entertainment; Food & Beverages and Household Products; Financials—Bank; Energy - Coal Producers; Plantations - CPO Producers; Infrastructures - Building Construction; Property and Real Estate; Construction - Related; Automotive; Heavy Machinery.
Baca Laporan
IHSG akan kembali uji resistance 7200
>Semua indeks utama di Wall Street mencatatkan rally penguatan mingguan selama 7 pekan berturut-turut.
>Penguatan ini ditopang oleh petunjuk the Fed terkait peluang pemangkasan sukubunga acuan hingga 3 kali di 2024.
>Inflasi Euro Area diperkirakan melambat ke 2.4% yoy di November 2023, dan inflasi di Inggris diperkirakan turun ke 4.4% yoy pada periode yang sama.
>Consumer confidence index di AS diperkirakan naik ke 104.3 di Desember 2023 seiring dengan perbaikan durable goods orders di AS di November 2023.
>RDG BI diyakini akan kembali menahan sukubunga acuan di level 6% (21/12).
>Pelaku pasar nampaknya juga berspekulasi terhadap potensi clue mengenai peluang pemangkasan sukubunga acuan BI di tahun 2024.
>IHSG diperkirakan masih melanjutka bullish trend, meski potensi normal pullback tetap perlu diwaspadai.
>Top picks : BBCA, BUMI, MDKA, KLBF, AUTO, BTPS, dan MNCN.
Baca Laporan
BMRI : Pertumbuhan Kredit yang Solid Menopang Laba Bersih BMRI
>Laba bersih BMRI naik 25% yoy menjadi Rp25.23 triliun di 6M23.
>Pertumbuhan Kredit BMRI tetap terjaga di level 12% dengan Gross NPL terendah dibandingkan peers.
>CASA tumbuh 12.60% yoy di 6M23.
>Target pertumbuhan kredit oleh manajemen BMRI pada rentang 10% hingga 12% di FY23.
>Menggunakan metode Discounted Cash Flow dengan Required Return sebesar 10.57% dan Terminal Growth sebesar 5.81%, kami memperkirakan nilai wajar BMRI di 6,530 (13.04x expected P/E).
Baca Laporan
BBRI : Pertumbuhan Segmen Mikro dan Ultra Mikro
>Laba bersih BBRI naik 18.80% yoy menjadi Rp29.56 triliun di 6M23.
>BBRI menjadi Bank dengan jumlah penyaluran kredit tertinggi di 6M23.
>CASA tumbuh 10.10% yoy di 6M23.
>Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) mencatkan kenaikan 30% yoy pada 6M23.
>Potensi pertumbuhan segmen Mikro dan Ultra Mikro.
>Menggunakan metode Discounted Cash Flow dengan Required Return sebesar 11.07% dan Terminal Growth sebesar 5.48%, kami memperkirakan nilai wajar BBRI di 6,272 (16.79x expected P/E).
Baca Laporan
BNGA : Pertumbuhan CASA ratio dan Selective Loan menjadi Fokus BNGA di 2024
>Laba bersih BNGA tumbuh 27.6% yoy menjadi Rp4.9 triliun di 9M23.
>BNGA merevisi turun panduan Cost of Credit (COC) menjadi 1.1%-1.2% di 9M23.
>Pertumbuhan kredit diiringi perbaikan kualitas aset di 9M23.
>CASA tetap tumbuh dalam 5 tahun terakhir.
>Nilai transaksi OCTO mobile tumbuh 97.3% yoy di 9M23.
>Pertumbuhan CASA rasio serta selective loan growth menjadi fokus BNGA.
>Menggunakan metode Dividend Discount Model kami mendapatkan harga wajar BNGA sebesar 1,946 (9.12x expected PER). Sehingga kami memberikan rating buy untuk BNGA dengan potential upside 14.47%.
Baca Laporan
IHSG berpeluang kembali uji resistance ke 7230-7250
>Rally indeks-indeks Wall Street berakhir di Rabu (20/12).
>Pelemahan ini relatif normal jika mempertimbangkan rally penguatan selama sembilan hari yang dicatatkan oleh DJIA dan Nasdaq.
>U.S. CB Consumer Confidence naik signifikan ke 110.7 di Desember 2023 dari 101 di November 2023.
>Inggris mencatatkan penurunan inflasi ke 3.9% yoy di November 2023 dari 4.6% yoy di Oktober 2023.
>Harga brent oil terkoreksi 0.10% ke US$79.15/barel, sementara harga crude oil terkoreksi 0.22% ke US$73.77/barel di Rabu (20/12).
>IHSG rawan konsolidasi pada kisaran level 7200 pada perdagangan Kamis (21/12).
>Bank Indonesia (BI) akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) untuk memutuskan kebijakan moneter dalam negeri (21/12).
>Top picks (21/12) : INDY, SMGR, JPFA, INTP, MTEL, UNTR, dan ITMG.
Baca Laporan
IHSG rawan konsolidasi pada kisaran level 7200
>Indeks-indeks Wall Street lanjutkan bullish di Kamis (21/12).
>Pertumbuhan ekonomi AS naik ke 4.9% qoq di Q3-2023 dari 2.1% qoq di Q2-2023.
>Data-data ekonomi terbaru yang didukung dengan petunjuk pemangkasan sukubunga acuan hingga tiga kali di 2024 membangun keyakinan terhadap peluang soft-landing.
>Harga minyak kembali terkoreksi menyusul keraguan pasar terhadap komitmen pemangkasan volume produksi oleh OPEC+.
>IHSG berpeluang kembali uji resistance ke 7230-7250 di akhir pekan ini (22/12).
>BI memutuskan untuk kembali mempertahankan sukubunga acuan pada level 6%.
>Keputusan ini sesuai ekspektasi pasaR, sehingga tidak terjadi euforia berlebihan pada saham-saham di rate-sensitive sectors.
>Peningkatan risiko keamanan di jalur pelayaran Laut Merah memicu spekulasi peningkatan demand terhadap komoditas energi dari wilayah yang jauh dari wilayah konflik.
>Top picks (22/12) : SMDR, BBNI, ISAT, PWON, TBIG, TINS, dan BMTR.
Baca Laporan