Daily Fixed Income Report – 7 Mei 2025
Defisit perdagangan AS melebar menjadi US$140.5 miliar di Maret 2025, mencapai rekor tertinggi dibandingkan perkiraan pasar yaitu defisit US$137 miliar. Impor naik 4.4% ke rekor tertinggi US$419 miliar, terutama untuk produk farmasi, mobil penumpang, dan aksesori komputer, sementara ekspor naik tipis 0.2% menjadi US$278.5 miliar dengan peningkatan pada mobil penumpang dan gas alam. Kanada mencatat defisit perdagangan naik menjadi C$0.51 miliar di Maret 2025 dari defisit C$1.41 miliar pada Februari 2025, seiring impor turun 1.5% menjadi C$70.4 miliar akibat tarif timbal balik dan boikot produk AS. Impor dari AS menurun 2.9% setelah Kanada mengenakan tarif 25% pada barang AS, sementara ekspor turun tipis 0.2% menjadi C$69.9 miliar.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 6 Mei 2025
U.S. ISM PMI Service naik menjadi 51.6 di April 2025 dari 50.8 di Maret 2025, melampaui perkiraan pasar sebesar 50.6. Pesanan baru meningkat menjadi 52.3 dari 50.4, dan persediaan naik ke 53.4 dari 50.3, sementara aktivitas bisnis sebesar 53.7, meski lapangan kerja masih mengalami kontraksi dengan indeks 49.
Baca Laporan
Weekly Fixed Income Report – 5 Mei 2025
U.S. NonFarm Payrolls melambat menjadi 177 ribu di April 2025 dari 185 ribu di Maret 2025 namun jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 130 ribu, dengan pertumbuhan pekerjaan utama terjadi di sektor kesehatan (+51 ribu), transportasi dan pergudangan (+29 ribu). Selain itu tingkat pengangguran tetap stabil sebesar 4.25% di April 2025 dengan jumlah pengangguran naik 82 ribu menjadi 7.16 juta orang.
Indeks PMI Manufaktur Indonesia turun tajam menjadi 46.7 dari 52.4 di Maret 2025, menandai penurunan aktivitas pabrik pertama dalam enam bulan dan penurunan terdalam sejak Agustus 2021, dengan output turun paling besar dalam hampir empat tahun dan pesanan baru menyusut setelah empat bulan bertumbuh sejak November 2024. Di sisi lain, inflasi harga konsumen Indonesia meningkat 1.95% YoY di Maret 2025, tertinggi sejak Agustus 2024, didorong oleh peningkatan pengeluaran selama Idul Fitri, namun tetap dalam rentang target BI sebesar 2.5±1%.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 2 Mei 2025
Ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi sebesar 0.3% YoY pada estimasi awal di 1Q25 menandai penurunan pertama sejak 1Q22. Penurunan ini berlawanan dengan pertumbuhan 2.4% YoY di 4Q24 dan lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 0.3%. Peningkatan impor sebesar 41.3% menjadi salah satu faktor utama perlambatan ini, diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pengeluaran konsumen menjadi 1.8% dan penurunan pengeluaran pemerintah federal sebesar 5.1%, sementara investasi tetap meningkat 7.8%.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 30 April 2025
U.S. JOLTs Job Opening turun sebanyak 288 ribu menjadi 7.192 juta di Maret 2025, terendah dalam enam bulan dan jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 7.48 juta. Penurunan terbesar terjadi di sektor transportasi, pergudangan, utilitas, akomodasi, layanan makanan, konstruksi, pemerintahan federal, real estate, serta kesehatan dan bantuan sosial, sementara sektor keuangan, asuransi, layanan lain, pendidikan lokal, perdagangan grosir, dan manufaktur mengalami peningkatan.
Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia di luar sektor keuangan serta minyak dan gas pada 1Q25 tumbuh12.7% YoY menjadi Rp230.4 triliun, namun pertumbuhan ini melambat dari 33.3% YoY di 4Q24.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 29 April 2025
U.S. Dallas Fed Manufacturing Index turun tajam sebesar 19.5 poin menjadi -35.8 di April 2025, mencapai level terendah sejak Mei 2020 dan menandakan kondisi sektor yang semakin memburuk. Indeks produksi turun 0.9 poin menjadi 5.1, sementara indeks pesanan baru turun 19.9 poin ke -20.0, dan indeks pengiriman turun 11.6 poin ke -5.5.
The Confederation of British Industry's (CBI) Trades di Inggris naik ke -8 di April 2025, level tertinggi dalam enam bulan terakhir dari -41 di Maret 2025, melampaui ekspektasi pasar -20. Namun, proyeksi untuk Mei turun tajam ke -33, terendah dalam lebih dari setahun, mencerminkan kekhawatiran pelaku usaha terhadap lemahnya sentimen konsumen dan ketidakpastian ekonomi global.
Baca Laporan
Weekly Fixed Income Report – 28 April 2025
Michigan Consumer Sentiment Final di AS naik menjadi 52.2 di April 2025 dari 50.8 pada estimasi awal. Hal ini terjadi karena ketidakpastian kebijakan tarif perdagangan membuat ekspektasi inflasi secara tahunan naik ke 6.5% YoY tertinggi sejak tahun 1981.
Penjualan ritel di Inggris naik 0.4% MoM di Maret 2025, berlawanan dengan perkiraan pasar yang turun 0.4% MoM, ditopang oleh pertumbuhan kuat di toko non-makanan yang mencapai 1.7% MoM tertinggi sejak Maret 2022 khususnya di toko pakaian yang naik 3.7% MoM berkat musim hangat.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 25 April 2025
Durable Goods Orders di AS naik 9.2% MoM menjadi $315.7 miliar di Maret 2025,mencatat kenaikan tiga bulan berturut-turut dan jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 2%. Kenaikan ini terutama didorong oleh pesanan pesawat komersial, dengan peralatan transportasi naik 27%, terutama pesawat komersil dan suku cadangnya sebesar 139%. Sementara itu, pesanan barang consumer discretionary di luar pesawat hanya naik tipis 0.1%, di bawah perkiraan 0.2%.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 tetap mencapai sekitar 5%, meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi menjadi 4.7%. Proyeksi ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, belanja pemerintah, serta investasi yang meningkat, dengan realisasi investasi 1Q25 mencapai Rp465.2 triliun atau naik 15.9% YoY.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 24 April 2025
S&P Global US Manufacturing PMI Index naik menjadi 50.7 di April 2025 dari 50.2 di Maret 2025, melampaui ekspektasi pasar sebesar 49.1 dan menandai ekspansi manufaktur selama empat bulan berturut-turut. Pertumbuhan produksi kembali positif meski tipis, didorong oleh kenaikan permintaan domestik, sementara pesanan ekspor turun tajam akibat tarif yang melemahkan permintaan luar negeri.
Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan di level 5.75% pada April 2025, sejalan dengan ekspektasi pasar dan upaya menjaga stabilitas harga dalam target inflasi 2.5% ±1% untuk 2025 dan 2026, serta mendukung stabilitas Rupiah di tengah ketidakpastian global. Selain itu, suku bunga deposit facility dan lending facility juga tetap dipertahankan masing-masing di 5.00% dan 6.50%.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 23 April 2025
Presiden AS, Donald Trump memperingatkan The Fed untuk segera menurunkan suku bunga acuan karena risiko inflasi sangat rendah dengan harga energi dan pangan yang rendah menyebabkan ekonomi AS diperkirakan melambat tetapi pasar lebih menilai dampak dari pengenaan tarif akan meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Baca Laporan