Daily Fixed Income Report – 24 April 2025
S&P Global US Manufacturing PMI Index naik menjadi 50.7 di April 2025 dari 50.2 di Maret 2025, melampaui ekspektasi pasar sebesar 49.1 dan menandai ekspansi manufaktur selama empat bulan berturut-turut. Pertumbuhan produksi kembali positif meski tipis, didorong oleh kenaikan permintaan domestik, sementara pesanan ekspor turun tajam akibat tarif yang melemahkan permintaan luar negeri.
Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan di level 5.75% pada April 2025, sejalan dengan ekspektasi pasar dan upaya menjaga stabilitas harga dalam target inflasi 2.5% ±1% untuk 2025 dan 2026, serta mendukung stabilitas Rupiah di tengah ketidakpastian global. Selain itu, suku bunga deposit facility dan lending facility juga tetap dipertahankan masing-masing di 5.00% dan 6.50%.
Baca Laporan
IHSG diperkirakan berpotensi uji level 6650-6680 di Kamis (24/4)
Nasdaq (+2.50%) memimpin penguatan indeks Wall Street lainnya (23/4).
Pemerintah AS terus mengupayakan negosiasi dengan Tiongkok dalam beberapa hari terakhir ini.
Presiden AS, Donald Trump mengklarifikasi bahwa tidak ada rencana pemecatan terhadap Kepala the Fed, Jerome Powell (23/4).
U.S. 10-year Bond Yield akhirnya turun dari 4.4% ke 4.385% (-0.07%) di Rabu (23/4).
Prospek negosiasi AS-Tiongkok juga menekan harga emas sebesar 3% ke US$3,281/troy oz di Rabu (23/4).
BBCA membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 9.8% ke Rp14.1 triliun di 1Q25.
BBRI dan BMRI juga dijadwalkan merilis kinerja keuangan 1Q25 pada pekan ini.
Kinerja bank-bank berkapitalisasi besar diyakini masih relatif solid di 1Q25 meski dibayangi oleh kecenderungan peningkatan NPL dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah.
Saham-saham bank diperkirakan kembali menjadi movers IHSG pada hari ini (24/4).
Top picks (24/4) : BBCA, BBNI, AMRT, ACES dan CPIN.
Baca Laporan
Bank Indonesia Holds Rate Steady at 5.75%, focuses on Rupiah Stability
Bank Indonesia's Board of Governors Meeting (BGM) held the BI rate at 5.75% on March 23, 2025. The Deposit Facility (DF) rate remains at 5.00%, and the Lending Facility (LF) rate stands at 6.50%. This decision ensures inflation remains controlled within the target range of 2.5±1% for 2025 and 2026.Bank Indonesia also focuses on maintaining a stable and market-friendly Rupiah exchange rate. It involves open market operations in the spot market, the domestic non-deliverable forward (DNDF) market, and Government Securities (SBN) purchases in the secondary market to safeguard financial market stability and ensure adequate banking liquidity. Furthermore, the decision seeks to enhance the effectiveness of pro-market policies in money and foreign exchange market transactions. It also encourages foreign capital inflows by maintaining an attractive interest rate structure and FX swap framework for investment in domestic financial assets. Additionally, Bank Indonesia is strengthening its Macroprudential Liquidity Policy (KLM) to boost credit and financing growth, particularly for Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) and labor-intensive sectors. This initiative aims to create jobs and support sustainable economic growth.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 23 April 2025
Presiden AS, Donald Trump memperingatkan The Fed untuk segera menurunkan suku bunga acuan karena risiko inflasi sangat rendah dengan harga energi dan pangan yang rendah menyebabkan ekonomi AS diperkirakan melambat tetapi pasar lebih menilai dampak dari pengenaan tarif akan meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Baca Laporan
IHSG diperkirakan uji level 6550-6600 di Rabu (23/4)
Indeks-indeks Wall Street catatkan rebound lebih dari 2.5% di Selasa (22/4).
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menyatakan bahwa de-eskalasi perang tarif (perang dagang) antara AS dengan Tiongkok akan terjadi dalam waktu dekat.
Pasar menilai bahwa melalui pernyataan tersebut AS dinilai mendorong negosiasi antara AS dengan Tiongkok.
Ketegangan antara Presiden AS, Donald Trump dengan Kepala the Fed, Jerome Powell dalam sepekan terakhir membangun rumor pemecatan Powell sebagai Kepala the Fed, hingga petinggi-petinggi the Fed lainnya.
Harga minyak menguat hampir 2% menyusul serangkaian sanksi baru untuk Iran.
Dengan koreksi harga emas yang masih, penguatan harga gold-related stocks mungkin lebih terbatas (23/4).
Isu dividen dan ekspektasi pemulihan demand masih akan menopang penguatan harga saham-saham energi.
Cermati peluang re-entry ke saham-saham bank yang cenderung menguji support level pasca tanggal cum dividend.
Top picks (23/4): BMRI, BBRI, SMGR, INKP, dan UNVR.
By PHINTRACO SEKURITAS | Research
Valdy K.
- Disclaimer On -
Contact Us :
WA : 08119560188
IG : phintracosekuritasofficial
YT : Phintraco Sekuritas Official
TELE : phintasofficial
www.phintracosekuritas.com
www.profits.co.id
Baca Laporan
MIDI : Potential Efficiency From Lawson Divestment
MIDI booked revenue growth of 14.62% YoY to IDR19.88 trillion in FY24. The growth was driven by a 22.71% YoY increase in sales of the fresh food segment to IDR2.96 trillion in FY24, followed by the non-food segment up 17% YoY to IDR5.25 trillion and the food segment up 11.71% YoY to IDR11.66 trillion in FY24.
Operating expenses pressured net profit in FY24. MIDI booked a 7.89% YoY decrease in net profit to IDR476 billion in FY24. The decrease was due to an increase in selling and distribution expenses by 14.17% YoY to IDR3.27 trillion in FY24 and general and administrative expenses by 16.65% YoY to IDR456 billion.
Continued expansion supported revenue growth in FY24. Alfamidi stores increased by 190 stores to 2,368 stores, and Alfamidi Super stores increased by 16 stores to 62 stores in FY24. Meanwhile, MIDI closed 3 Midi Fresh stores in FY24, bringing the number of MIDI Fresh stores to 5 stores.
MIDI divested Lawson to AMRT. This decision is based on considerations for implementing a more effective and efficient business strategy. With this transaction, MIDI is expected to improve and enhance its financial performance and focus more on its core business in the minimarket and supermarket segment.
Using the Discounted Cash Flow method with a Required Return of 9.58% and Terminal Growth of 3.88%, we estimate MIDI's fair value at IDR428 per share. Therefore, we maintain our Buy rating on MIDI with a lower target and potential upside of 25.15%.
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 22 April 2025
IMF memproyeksikan bahwa kenaikan tarif impor yang agresif oleh AS akan melemahkan ekonomi global dan mendorong inflasi naik di tahun 2025, meskipun tidak akan menyebabkan resesi global. IMF menjelaskan bahwa kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump telah meningkatkan ketidakpastian global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun menjadi sekitar 3.3% di tahun 2025.
Baca Laporan