Daily Fixed Income Report – 14 Maret 2025
Price Producer Inflation (PPI) di AS stabil di Februari 2025 dari revisi kenaikan 0.6% MoM di Januari 2025 dan di bawah perkiraan kenaikan 0.3%. PPI naik 3.2% YoY di Februari 2025, namun lebih rendah dari revisi 3.7% YoY di Januari 2025 dan sedikit dibawah perkiraan pasar 3.3%. Sementara itu, PPI inti mengalami penurunan menjadi 0.1 MoM dan naik 3.4% YoY di Februari 2025.
Pasar tenaga kerja AS tetap kuat ditopang dari klaim pengangguran awal turun 2 ribu menjadi 220 ribu pada minggu pertama Maret 2025 dan di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 225 ribu. Demikian pula, klaim berulang turun 27 ribu menjadi 1.87 juta pada minggu terakhir Februari 2025, jauh di bawah ekspektasi yang memperkirakan akan mencapai ambang batas 1.9 juta.
Penerimaan pajak Indonesia hingga akhir Februari 2025 mengalami penurunan signifikan sebesar 30.5% YoY. Perimaan ini mencapai Rp 187.8 triliun dari Rp 269.02 triliun di Februari 2024. Hal ini berkontribusi pada defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 31.2 triliun terhadap PDB dengan total pendapatan negara tercatat sebesar Rp 316.9 triliun dan belanja negara yang lebih besar mencapai Rp 348.1 triliun
Baca Laporan
IHSG dibayangi peningkatan intensitas perang tarif
Indeks-indeks Wall Street melemah lebih dari 1% pada perdagangan Kamis (13/3).
Presiden AS, Donald Trump berencana menerapkan tarif sebesar 200% untuk produk-produk alkohol asal Uni Eropa (13/3).
Pernyataan tersebut merespon rencana penerapan tarif sebesar 50% untuk produk whisky asal AS oleh Uni Eropa.
Pasar mulai mempertanyakan mekanisme dan validitas dari faktor yang mendasari pengambilan keputusan tarif-tarif yang agresif tersebut.
Harga emas melonjak 1.85% ke US$3,001.30/troy oz (13/3).
Harga minyak melemah lebih dari 1% di Kamis (13/3). IHSG rawan pullback lanjutan ke kisaran 6600-6630 di Jumat (14/3).
Selective buying pada emiten high dividend masih terjadi di Kamis (13/3) dan masih terbuka peluang kembali terjadi di Jumat (14/3).
Top picks (14/3) : UNVR, BRIS, ADMR, INTP dan KLBF.
By PHINTRACO SEKURITAS | Research
Valdy K.
- Disclaimer On -
Baca Laporan
SSMS: Strong Productivity and Integration Support Growth
SSMS posted revenue of IDR11.01 trillion in FY25E (+5.33% YoY), supported by strong FFB productivity and optimization of processing capacity. Nucleus FFB production reached 1,723 thousand tons (95% of total 1,817 thousand tons of FFB produced), with a 4-year CAGR of 4.06%. The nucleus FFB yield stood at 25x (vs. blended yield of 22x in FY23).
SSMS operates eight palm oil mills (PKS) with an average capacity of 540 tons per hour or 3,200 tons per day. With a production CAGR of 2.03% (FY20-FY23), plant utilization remained at ~65% in FY23, processing 2,345 thousand tons of FFB, 76% sourced internally. Looking ahead, internal supply is projected to grow to 1,841 thousand tons in FY26F (CAGR 2020-2026E: 2.23%), increasing internal contribution to processed FFB to 80-81%, with mill utilization projected at 65-66% in FY25E/FY26F.
With high productivity and operational efficiency, we estimate CPO productivity to remain solid (CAGR 2020-2025F: 2.57%), supported by prime-phase tree age. The olein segment is expected to contribute significantly, with a sales volume CAGR of 2.17% (2021-2025F) and ASP estimated at IDR 13,400–IDR 13,500/kg in FY25F.
We initiate a BUY rating for SSMS with a target price of IDR2,375, based on a DCF valuation (WACC: 8.30%, terminal growth: 2.0%). The B35-to-B40 transition in 2025 is expected to drive higher domestic CPO consumption, further supporting SSMS's growth. Additionally, its young tree age (Nucleus Only: 15-16 years, Blended: 14.8 years) enables optimal FFB production. The fully integrated upstream-to-downstream model adds value by allowing product diversification with higher margins. Key risks: 1) Global CPO price fluctuations; 2) Regulatory changes; 3) Rising operational costs impacting profitability.
By PHINTRACO SEKURITAS | Research
-Disclaimer On-
Baca Laporan
Retail Sales Forecast to Contract as Consumer Sentiment Weakens
Consumer confidence in February 2025 slightly decreased, as indicated by a drop in the overall Consumer Confidence Index, primarily due to lowered expectations regarding future job prospects. However, economic conditions, such as purchases of durable goods and income, showed positive growth. This shift in sentiment is accompanied by consumers prioritizing immediate spending over savings and debt repayment, potentially influenced by high interest rates. This is reflected in a projected retail sales growing on monthly basis because upcoming to Ramadhan.
Baca Laporan
PT Mendela Potentia Tbk (MDLA)
Code : MDLA
Sector : Healthcare
Sub-Sector : Pharmaceuticals
---------------------------------------------
PERKIRAAN JADWAL PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM
Perkiraan Tanggal Efektif :
25 Maret 2025
Perkiraan Masa Penawaran Umum :
27 Maret 2025 - 11 April 2025
Perkiraan Tanggal Penjatahan :
11 April 2025
Perkiraan Tanggal Distribusi Saham :
14 April 2025
Perkiraan Tanggal Pencatatan Saham di BEI :
15 April 2025
---------------------------------------------
STRUKTUR PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM
Sebanyak-banyaknya 3.500.000.000 (tiga miliar lima ratus juta) saham yang mewakili sebesar-besarnya 25,000% (dua puluh lima koma nol nol nol persen) dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham, yang seluruhnya adalah Saham Baru dan dikeluarkan dari portepel Perseroan.
Nilai Nominal :
Rp20 per lembar saham
Harga Penawaran :
Rp180 - Rp230 per lembar saham
Jumlah Penawaran Umum :
Sebanyak-banyaknya Rp805.000.000.000
Penjamin Emisi :
PT Mandiri Sekuritas
PT Indo Premier Sekuritas
---------------------------------------------
Laporan dalam format PDF dapat diunduh pada menu "Research - IPO Summary" di www.phintracosekuritas.com dan telegram @phintasofficial
By PHINTRACO SEKURITAS | Research
- Disclaimer On -
Contact Us :
WA : 08119560188
IG : phintracosekuritasofficial
YT : Phintraco Sekuritas Official
TELE : phintasofficial
www.phintracosekuritas.com
www.profits.co.id
Baca Laporan
Daily Fixed Income Report – 13 Maret 2025
Tingkat inflasi di AS melambat menjadi 2.8% YoY di Februari 2025 dari 3% YoY di Januari 2025, di bawah perkiraan pasar 2.9% YoY. Inflasi inti juga menurun menjadi 3.1% YoY, terendah sejak April 2021 sebesar 3.3% YoY dan di bawah ekspektasi 3.2% YoY. Secara bulanan, inflasi turun 0.2% MoM di Februari 2025 dari 0.5% YoY di Januari 2025. Central Bank of Canada menurunkan suku bunga utama sebesar 25 bps menjadi 2.75% di Maret 2025 dan sesuai perkiraan pasar. Pertumbuhan ekonomi Kanada lebih tinggi dari perkiraan di 4Q24, namun diperkirakan melambat akibat konflik tarif perdagangan dengan AS. Inflasi diperkirakan meningkat mendekati 2.5% YoY di Februari 2025 setelah beberapa bulan di bawah target 2%.
Penjualan ritel di Indonesia tumbuh 0.5% YoY di Januari 2025 namun melambat dari 1.8% YoY di Desember 2024. Penjualan suku cadang dan aksesoris otomotif melonjak 15.2%, sementara penjualan pakaian turun 5.8%. Penjualan ritel diperkirakan menyusut 0.5% YoY di Februari 2025.
Baca Laporan
Potensi dividen meningkatkan appetite pasar terhadap saham-saham high dividend
Mayoritas indeks Wall Street menguat di Rabu (12/3).
Penguatan tersebut dipicu oleh realisasi inflasi AS sebesar 2.8% yoy di Februari 2025, lebih rendah dari perkiraan di 2.9% yoy dan turun dari 3.0% yoy di Januari 2025.
Kondisi ini diyakini memberikan ruang lebih bagi peluang pemangkasan sukubunga acuan the Fed, khususnya pasca FOMC 18-19 Maret 2025 mendatang.
Ukraina menyetujui rencana 30 hari genjatan senjata, jika Rusia juga menerima rencana tersebut.
Realisasi inflasi AS di atas berdampak pada aksi jual terhadap obligasi AS. U.S. 10-year Bond Yield naik ke atas 4.3% di Selasa (12/3).
IHSG berpeluang tutup gap ke 6750 di Kamis (13/3).
Selain BBCA, antisipasi dividen turut mendorong penguatan mayoritas saham bank big cap. lainnya di Rabu (12/3).
Isu dividen kemungkinan menjadi penopang Utama IHSG dari serangkaian sentiment negatif eksternal terkait ketidakpastian kebijakan tarif hasil FOMC untuk beberapa pekan kedepan.
Top picks (13/3) : PGAS, TLKM, BBCA, BBRI, dan ASII.
By PHINTRACO SEKURITAS | Research
Valdy K.
- Disclaimer On -
Baca Laporan
Banking: Liquidity Tightening versus Prudential Macro Incentives
The banking sector is experiencing liquidity tightening in FY24. Indonesia's banking sector's loan-to-deposit ratio (LDR) increased by 474 bps YoY or 123 bps MoM to 88.57% in December 2024. All the banks under our coverage also saw increased LDR in FY24.
Bank support for the three million Houses could potentially reduce bank liquidity, but additional BI’s macroprudential incentives and the DHE policy are expected to mitigate the negative impact.
Asset quality improvement is expected to continue in 2025F. SPI's non-performing loan (NPL decreased by 10 bps YoY or 22 bps MoM to 2.04% in December 2024
The Macroprudential Liquidity Policy (KLM) has the potential to increase banking liquidity in 2025. Bank Indonesia (BI) will increase macroprudential liquidity policy (KLM) by 1% to 5% in April 2025, compared to the previous 4%.
BI rate maintained at 5.75% amid the weakening rupiah exchange rate. This decision follows a previous rate cut in the RDG-BI in January. There is still room for a BI rate cut in 2025, considering Indonesia's relatively solid macroeconomic conditions.
The depreciation of the Rupiah is still on par with its peers. Rupiah depreciated by 2.84% YoY or 1.24% YtD to IDR 16,290/USD on March 7, 2025. While, CNY depreciated by 3.63% YoY, the MRX depreciated by 10.92% YoY, and the Singapore Dollar depreciated by 4.71% YoY as of March 7, 2025.
With the various catalysts mentioned above, along with the performance of each banks in the banking sector, our top picks are BRIS with a fair value potential of Rp3,580, BBCA with a fair value potential of Rp11,600, and BMRI with a fair value potential of Rp6,325.
By PHINTRACO SEKURITAS | Research
- Disclaimer On -
Baca Laporan