IHSG menemui strong resistance di 7375 meski sentimen cenderung positif

08 Mar 2024 Valdy

Nasdaq (+1.51%) memimpin penguatan indeks-indeks Wall Street lainnya (7/3). Penguatan tersebut didorong oleh pernyataan Kepala the Fed, Jerome Powell bahwa the Fed diperkirakan memiliki confidence rate yang cukup untuk memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat. Pernyataan tersebut memperkuat keyakinan pasar terhadap peluang pemangkasan sukubunga the Fed di FOMC Juni 2024. Masih terkait kebijakan sukubunga acuan, ECB memutuskan untuk menahan sukubunga acuan di level 4.5% (7/3). Kondisi yang menarik ada revisi turun proyeksi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Euro Area untuk tahun 2024 oleh ECB. Proyeksi ini diyakini memperbesar peluang ECB untuk melakukan pemangkasan sukubunga acuan di 2024 sejalan dengan yang dilakukan oleh the Fed. Merespon hal ini, mayoritas indeks di Eropa menguat, kecuali FTSE yang cenderung sideways di Kamis (7/3). Dari pasar komoditas, harga minyak menguat terbatas di perdagangan Kamis (7/3). Pergerakan ini turut dipengaruhi oleh keputusan sukubunga ECB dan respon pasar terhadap pidato dari ECB dan the Fed di atas. Harga crude oil menguat 0.42% ke US$79.46/barel di Kamis (7/3).

IHSG menguat ke level 7,373 (+0.60%). Secara teknikal, IHSG tertahan di level resisten kuat 7375 setelah membentuk pola rising window, yang mengindikasikan adanya peluang untuk konsolidasi antara 7350 – 7385 di Jumat (8/3). Data inflasi AS menunjukkan penurunan menjadi 3.1% yoy di Januari 2024. Penurunan inflasi ini mengindikasikan bahwa meskipun terjadi peningkatan konsumsi kredit, harga barang dan jasa cenderung stabil atau bahkan menurun, sehingga konsumen merasa lebih percaya diri terhadap prospek ekonomi kedepannya, setidaknya terkait peluang pemangkasan sukubunga acuan. Dari regional, data inflasi Tiongkok (8/3) yang diperkirakan akan meningkat menjadi 0.40% yoy di Februari 2024, dari sebelumnya -0.80% yoy di Januari 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi di Tiongkok mulai meningkat. Dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia masih kuat, setara dengan 6.5 bulan impor per akhir Februari 2024 dan jauh di atas rasio kecukupan internasional di 3 bulan impor.