The Fed Pantau Data Inflasi dan Dampak Kebijakan Trump
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membuat Negeri Paman Sam kembali menerapkan “America First” dalam setiap aspek negaranya. Hal ini memengaruhi putusan The Fed, sebagai bank sentral AS, dalam menentukan suku bunga acuan.
The Fed tengah mencoba mempertahankan suku bunga acuan agar tetap berada di kisaran 4.25%-4.50% dan melakukan jeda sementara untuk mengobservasi perkembangan inflasi lebih lanjut. Keputusan ini ditetapkan karena ekonomi AS berada di tingkat yang kuat dan suku bunga tidak lagi menghambat perekonomian negara. Selain itu, The Fed juga membutuhkan waktu untuk menilai dampak kebijakan Trump di beberapa bidang, seperti imigrasi, tarif, dan perpajakan bagi ekonomi AS.
Mengacu pada laporan Global Macro Flash tim riset Phintraco Sekuritas tanggal 30 Januari 2025, berdasarkan Indeks Harga Konsumsi (PCE), data inflasi berada di angka 2.40% YoY pada November 2024 dan proyeksi konsensus pasar memperkirakan kenaikan sebesar 0.20% menjadi 2.60% YoY di Desember 2024. Sedangkan pada pertemuan Federal Open market Committee (FOMC) di 19 Maret 2025 mendatang, The Fed memperkirakan suku bunga akan bertahan di angka 4.25%-4.50% dengan probabilitas 77%.
Baca Laporan

Gambar 1: Target Tingkat Probabilitas di FOMC per 29 Januari 2025
Sumber: Phintraco Sekuritas Global Macro Flash Report (30 Januari 2025)
Di sisi lain, berdasarkan proyeksi dot plot, dalam waktu 1 tahun ke depan suku bunga The Fed diprediksi akan mengalami 2 kali penurunan sebesar 50 basis poin (bps) berada di angka 3.75%-4.00% pada akhir 2025. Namun secara longer run suku bunga diperkirakan akan berada pada level 2.75%-3.00%.
Gambar 2: Dot Plot Partisipan FOMC per 18 Desember 2024
Sumber: Phintraco Sekuritas Global Macro Flash Report (30 Januari 2025)
Dari riset tersebut, Tim Riset Phintraco Sekuritas melihat keputusan The Fed dalam mempertahankan tingkat suku bunga berdasarkan ekspektasi pasar telah mendorong pelemahan minor pada Dollar Index (DXY) dalam perdagangan di akhir Januari 2025. Selain itu, per 30 Januari 2025, pergerakan 2-year UST yield stabil di angka 4.21% dan 10-year UST yield turun 1 bps menjadi 4.52%. Penulis: Nur Ryshalti & Valdy Kurniawan Editor: Yundira Putri Rahmadianti & Dhira Parama YugaSuku Bunga Turun Bawa Pengaruh Positif bagi Sektor Ini
Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Januari 2025, BI melakukan penurunan suku bunga acuan menjadi 5.75%. Adanya penurunan suku bunga ini ternyata dapat mendorong aktivitas pertumbuhan ekonomi, meningkatkan konsumsi, mengurangi biaya pinjaman, dan meningkatkan investasi, terutama pada sektor perbankan, sektor properti, sektor consumer goods, serta sektor telekomunikasi & konstruksi yang ada di Indonesia.
Untuk memahami pengaruhnya pada masing-masing sektor secara mendalam, mari simak penjelasan berikut:
Baca Laporan
- Sektor Perbankan
- Sektor Properti
- Sektor Consumer Goods
- Sektor Telekomunikasi & Konstruksi
Suku Bunga Turun, Ini Dampaknya bagi IHSG
Secara umum, terjadinya penurunan suku bunga berdampak positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sehingga suku bunga yang dipangkas akan membuat biaya bunga pinjaman lebih rendah dan mendorong investor untuk berinvestasi di pasar saham. Hal ini kemudian mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tren kenaikan.
Selain meningkatkan jumlah investasi pasar modal, terdapat dampak positif lain dari pemangkasan suku bunga terhadap IHSG, yaitu:
Baca Laporan
- Optimisme Investor terhadap Pasar Saham
- Meningkatkan Ekspansi Emiten
- Meningkatkan Daya Saing Perusahaan
Suku Bunga Dipangkas, Positif Bagi Perekonomian Indonesia
Penurunan suku bunga merupakan kebijakan yang sangat ditunggu oleh investor saat suku bunga berada pada level yang tinggi. Penurunan suku bunga juga menjadi langkah strategis pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar tetap tumbuh. Dapat dikatakan bahwa pemangkasan suku bunga termasuk salah satu strategi dari Bank Indonesia (BI) untuk menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik.
Terdapat dua alasan Bank Indonesia dalam melakukan pemangkasan suku bunga yaitu untuk mengendalikan inflasi dan mengatasi pertumbuhan ekonomi yang melemah. Lalu bagaimana penjelasan lengkapnya?
Baca Laporan
- Mengendalikan inflasi.
- Pertumbuhan ekonomi yang melemah.
- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
- Mengurangi biaya pinjaman.
- Meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat.
- Meningkatkan minat investor.
- Mengurangi jumlah pengangguran.

Gambar 1: Data BI7DRRR, 2014-Januari 2025
BI7DRRR atau BI 7-Day Repo Rate merupakan instrumen yang digunakan oleh BI untuk mengendalikan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas mata uang. Jika kita melihat data historis BI 7-Day Repo Rate yang fluktuatif dari tahun 2014 sampai dengan Januari 2025, perubahan ini ini merupakan respons dari Bank Indonesia terhadap perubahan kondisi ekonomi Indonesia dan kebijakan suku bunga The Fed. Penulis: Riska Novi Cahyani Editor: Yundira Putri Rahmadianti